100KPJ

Transmisi Mobil: Pilih Manual, Otomatis, atau CVT? Temukan yang Pas untuk Gaya Berkendara Anda

Share :

100kpj – Meskipun transmisi manual dikenal karena harganya yang terjangkau, perawatannya yang mudah, dan durabilitasnya yang tinggi, kenyamanan berkendara di perkotaan membuat transmisi otomatis semakin diminati.

Namun, di balik popularitas otomatis, muncul perdebatan sengit antara dua jenis transmisi otomatis utama: Automatic Transmission (AT) konvensional dan Continuously Variable Transmission (CVT).

Selama ini, transmisi AT konvensional telah terbukti kokoh dan andal. Perawatannya yang sederhana dan kemampuannya untuk tetap menghadirkan sensasi berkendara layaknya mobil manual menjadikannya pilihan favorit banyak orang.

Di sisi lain, CVT menawarkan pengalaman berkendara yang sangat halus tanpa terasa perpindahan gigi. Namun, kenyamanan ini seringkali dibayar mahal dengan reputasi "lemot" dan potensi kerusakan yang lebih tinggi jika tidak dirawat dengan benar.

Lalu, mengapa mayoritas mobil baru kini beralih ke transmisi CVT?

Pabrikan seperti Toyota dan Daihatsu beralasan bahwa CVT lebih efisien dalam mengonversi putaran mesin menjadi putaran roda, meminimalkan tenaga terbuang dan jeda perpindahan gigi.

Efisiensi bahan bakar yang lebih baik, rasio gigi tak terbatas yang fleksibel, proses produksi yang lebih simpel dan murah, serta bobot yang lebih ringan juga menjadi pertimbangan utama.

Yang tak kalah penting, CVT mampu menjaga putaran mesin tetap rendah, membantu kendaraan memenuhi regulasi emisi yang semakin ketat.

Meskipun demikian, stigma "lemot" pada CVT bukan tanpa alasan. Karakteristik CVT yang dirancang untuk efisiensi cenderung menjaga putaran mesin di titik paling efisien, bukan paling bertenaga.

Hal ini sering menimbulkan "rubber band effect," di mana mesin meraung namun akselerasi terasa lambat.

Kurangnya kontrol langsung dan fokus pabrikan pada kenyamanan serta efisiensi juga berkontribusi pada respons akselerasi yang tidak agresif.

Namun, pabrikan menyiasatinya dengan menyematkan mode "Sport" atau "NOS" untuk meningkatkan respons saat dibutuhkan.

Terkait durabilitas, meski umur CVT cenderung lebih pendek dari AT karena gesekan terus-menerus antara puli dan sabuk, bukan berarti CVT gampang rusak. Perawatan yang tepat adalah kunci.

Penggunaan pedal gas yang "diurut" dan menghindari kickdown berlebihan dapat memperpanjang umur CVT secara signifikan.

Biaya perbaikan CVT memang terkenal mahal di bengkel resmi karena biasanya disarankan penggantian satu unit, namun kini banyak bengkel independen yang menawarkan perbaikan per komponen dengan biaya lebih terjangkau.

Perkembangan teknologi CVT juga terus berlanjut. Toyota, misalnya, telah mengembangkan Direct Shift CVT (mengombinasikan CVT dengan planetary gear sebagai low gear) dan Dual Mode CVT (menempatkan planetary gear sebagai high gear).

Inovasi ini telah berhasil mengurangi keluhan "lemot" pada model-model seperti Toyota Foxy, Camry, Kijang Innova Zenix, Avanza, dan Raize.

Secara keseluruhan, mobil-mobil Toyota terbaru dan Honda dengan transmisi CVT menunjukkan respons yang lebih baik dibandingkan mobil sekelasnya.

Jadi, meskipun CVT masih memiliki tantangan terkait respons dan durabilitas, kenyamanan dan efisiensinya menjadikannya pilihan yang ideal untuk mobil modern.

Perawatan yang baik menjadi kunci untuk memaksimalkan umur pakainya.*

Share :
Berita Terkait