Beli Mobil Baru? Perhatikan Hal Krusial Ini Sebelum Putuskan Beli Mobil Baru

100kpj – Membeli mobil baru memang terkesan mudah: datang ke dealer, pilih, bayar, dan mobil pun tiba di rumah.

Namun, kenyamanan ini seringkali menipu. Para ahli keuangan dan pengamat otomotif menyarankan agar "kaum mendang-mending" (mereka yang cenderung mempertimbangkan untung rugi) berpikir dua kali sebelum memutuskan membeli mobil baru.

Kerugian Instan Setelah Pembelian

Salah satu faktor paling krusial adalah depresiasi harga. Begitu mobil baru keluar dari showroom, nilainya bisa langsung anjlok 10-20%.

Sebagai contoh, mobil seharga Rp300 juta bisa langsung bernilai Rp260-Rp270 juta sesaat setelah dibeli.

Ini sangat berbeda dengan mobil bekas yang depresiasinya cenderung lebih kecil, bahkan bisa mendekati nol persen setelah setahun pemakaian.

Meskipun membeli mobil bekas memiliki risiko seperti penipuan atau kondisi yang kurang optimal, bagi kaum mendang-mending, sedikit kerepotan di awal jauh lebih baik daripada kehilangan puluhan juta rupiah secara instan.

Apalagi jika mobil tersebut akan dijual dalam waktu 2 tahun, depresiasinya bisa mencapai 25-35%.

Biaya Servis dan Pajak yang Menguras Kantong

Selain depresiasi, biaya perawatan juga menjadi sorotan. Mobil baru seringkali "memaksa" pemiliknya untuk melakukan servis di dealer resmi agar garansi tidak hangus.

Meskipun kualitasnya terjamin, biaya servis di dealer jauh lebih mahal dibandingkan bengkel umum.

Garansi yang umumnya berlaku 3-5 tahun berarti pemilik terikat dengan biaya mahal tersebut, menguji ketahanan finansial.

Tak kalah penting adalah pajak tahunan. Pajak mobil baru bisa mencapai Rp3-5 juta per tahun, tergantung jenis mobil.

Nilai pajak yang tinggi ini didasarkan pada harga dasar mobil, ditambah berbagai komponen lain. Akibatnya, banyak pemilik mobil baru yang kesulitan membayar pajak di tahun-tahun berikutnya.

Alternatif Mobil Bekas dan Peluang Investasi

Dengan anggaran yang sama, pasar mobil bekas menawarkan pilihan yang jauh lebih beragam dan menarik.

Misalnya, dengan budget Rp170 juta yang hanya cukup untuk LCGC baru, Anda bisa mendapatkan mobil bekas seperti Toyota Avanza, Rush, Terios, Xpander, atau Nissan Livina dengan usia maksimal 5 tahun, yang tentu saja lebih baik dari LCGC.

Lebih jauh lagi, pakar finansial menyarankan untuk tidak menguras semua dana untuk mobil baru.

Sisa uang dari pembelian mobil bekas bisa dialokasikan untuk modal usaha atau investasi lainnya, seperti saham. Mobil, pada hakikatnya, bukanlah investasi, melainkan aset yang nilainya cenderung menurun.

Seberapa Penting Mobil Baru?

Pada akhirnya, membeli mobil baru hanyalah kebutuhan bagi mereka yang tidak ingin repot.

Bagi sebagian besar orang, mobil baru bukanlah sebuah investasi dan fungsinya hampir sama dengan mobil bekas yang harganya jauh lebih terjangkau.

Perkembangan otomotif yang cepat, di mana model baru muncul setiap 2-3 tahun, juga membuat mobil baru cepat usang, mirip dengan tren smartphone.

Meskipun demikian, penjualan mobil baru tetap penting untuk keberlangsungan industri otomotif.

Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki kebebasan finansial, membeli mobil baru adalah pilihan yang baik untuk mendukung produsen.

Namun, bagi kaum mendang-mending yang kondisi finansialnya belum stabil, membeli mobil baru—terlebih dengan kredit—justru bisa menjadi jebakan finansial yang tak berujung.

Pilihan bijak ada di tangan Anda: apakah kenyamanan sesaat sebanding dengan potensi kerugian finansial jangka panjang?*