100KPJ

Keren bin Nyentrik, Ini Modif Honda C70 Garapan Napi Nusakambangan

Share :

100kpj – Honda C70 bergaya low rider ini adalah sebuah karya yang diciptakan oleh sekelompok orang yang sedang menjalankan hukumannya di dalam penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Nama bengkelnya adalah Suket Teki Nusakambangan Kustom, yang telah menghasilkan karya modifikasi sebanyak empat unit motor.

Para modifikator yang membangun motor ini masa hukumannya beragam, seperti dilansir RidingRead, mereka adalah Mukti Ali (hukuman 5 tahun), Samuel Samalo (17 tahun), Johan Arfan (seumur hidup), Tjun Jiu Chou (10 tahun), Na Irwan (10 tahun), Fajar Tri (18 tahun), Pipit (14 tahun), Agus (8 tahun), Agil Setyawan (8 tahun)  Adi M Salim (7 tahun), Suhendra (10 tahun) dan Aldo Alamsyah (15 tahun).

Ada satu modifikator lagi yang tak kalah menarik perhatian, yakni Wawan Awing yang divonis hukuman mati. Salah satu dari keempat karya tersebut adalah Honda C70 bergaya low rider, motor ini merupakan gambaran sebuah kisah perjuangan pahitnya jalan hidup yang penuh liku, gamang dalam batin yang tenggelam. Tapi tak akan menyerah, karena hidup tetaplah sebuah misteri yang tak mungkin dipecahkan manusia.



Makanya jika dilihat dari dimensi dan estetika motor berwarna merah dengan paduan gambar daun berwana hijau ini enak untuk dinikmati, namun dari segi fungsi motor ini tentunya akan banyak koreksinya jika dipakai untuk dikendarai, intinya motor ini tidak akan nyaman jika dikendarai.

Tapi motor ini adalah sarana bagi mereka para warga binaan untuk menumpahkan isi hati,  wujud nyata perasaan terdalam yang saat ini  terkungkung raga di Lapas Permisan Nusakambangan.

Bentuknya sengaja dirancang sangat ceper alias pendek hampir tiarap menyentuh tanah, pesan tersiratnya bahwa mereka ada dalam 'strata terendah' peradaban manusia. Dalam situasi rendah ini mereka harus bangkit menjadi manusia yang berguna.

Pada bagian depan dan belakang motor dibikin runcing, hal tersebut menerangkan bahwa 'kekerasan' sebagai warga binaan yang dalam sebuah babak kehidupan tersangkut masalah hukum, selain itu juga tersirat pesan bahwa mereka harus selalu waspada, berhadapan dengan orang yang ada di depan dan belakang, sehingga mereka harus pandai bermain peran dan bijak dalam menentukan sikap.

Posisi berkendara juga jauh dari kesan nyaman, bukan artinya mereka tidak paham untuk membuat motor dengan kondisi berkendara yang nyaman, justru ini adalah gambaran nyata ketidaknyamanan yang harus mereka atasi bersama, jauh dari keluarga bertahun-tahun, sepi, merasa terasing di pulau Nusakambangan.

Ban ukuran besar pada bagian depan dan belakang tentu akan terasa berat oleh kapasitas mesin yang kecil, menjadi simbol bahwa nasib yang mereka alami saat ini pun berat.

Tapi mereka tetap pribadi yang tegar dan optimis, buktinya mereka mengecat warna merah sebagai tanda semangat. Cat merah tadi dikombinasikan dengan desain batik khas warga binaan Nusakambangan, salut!!!

(Laporan: Hanggianto Martyas Laksono)

Share :
Berita Terkait