Karena tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang dikabarkan memenuhi syarat, BYD Atto 1 berhak mendapatkan potongan pajak PPN DTP dan PPN BM.
Kombinasi dari produksi massal di Cina dan insentif ini menjadikan harga Atto 1 sangat kompetitif, bahkan lebih murah dari pesaingnya seperti Wuling Air EV.
Kehadiran BYD Atto 1 seketika menciptakan turbulensi di pasar. Wuling Air EV, yang sebelumnya menjadi pemimpin segmen, terpaksa memberikan diskon besar-besaran untuk tetap bersaing.
Bahkan diskon ini mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, yang memicu kekecewaan konsumen yang baru saja membeli mobil tersebut.
Tidak hanya Wuling, produsen EV lain dengan spesifikasi sejenis pun ikut menurunkan harga produk mereka.
Dampak domino ini tidak hanya terasa di pasar mobil listrik bekas yang harganya anjlok, tetapi juga mengguncang segmen LCGC (Low Cost Green Car) yang selama ini menjadi primadona.
Jika pabrik BYD di Subang beroperasi penuh, diperkirakan harga mobil listrik mereka akan semakin murah, berpotensi menembus angka di bawah Rp150 juta.