100kpj – Pada masa keemasannya, sistem RWD dianggap paling masuk akal secara teknis. Dengan mesin di depan, roda belakang sebagai penggerak, serta transmisi dan poros penggerak di tengah, RWD menawarkan distribusi bobot yang merata.
Ini menghasilkan handling yang seimbang dan natural, terutama saat akselerasi di mana bobot mobil berpindah ke belakang, memperbesar cengkeraman roda.
Tak heran jika RWD menjadi favorit untuk mobil performa tinggi, drifting, hingga truk.
Namun, di balik kesempurnaannya, RWD memiliki kelemahan yang signifikan: traksi di jalan licin.
Roda belakang yang menjadi penggerak, ditambah bobot bagian belakang mobil yang cenderung lebih ringan, membuat mobil RWD rentan selip, khususnya saat hujan atau di tanjakan licin.
Permasalahan ini mulai menjadi sorotan seiring dengan perubahan prioritas konsumen.
Pergeseran Kebutuhan Konsumen dan Kemunculan FWD
Kebutuhan masyarakat modern bergeser dari sekadar sensasi berkendara menjadi aspek kepraktisan. Ruang kabin yang luas, performa stabil, dan efisiensi bahan bakar menjadi prioritas.
Sistem RWD yang mengharuskan adanya gundukan di tengah kabin untuk poros penggerak, membuat ruang kaki terasa lebih sempit.
Revolusi pun terjadi di era 1980-an dengan munculnya sistem penggerak roda depan (FWD) setelah krisis minyak.
Meskipun RWD masih mendominasi hingga awal 2000-an, FWD perlahan namun pasti mulai menggesernya.
Contoh paling nyata adalah Toyota Avanza yang kini beralih dari RWD ke FWD. Tren ini juga melanda berbagai segmen mobil, mulai dari LCGC, MPV, city car, hingga crossover.
Mengapa RWD Kehilangan Relevansi?
Alasan utama di balik menurunnya relevansi RWD adalah perubahan preferensi mayoritas konsumen.
Mereka tidak lagi terlalu peduli dengan sistem penggerak, melainkan mencari mobil yang nyaman untuk macet, mudah dikemudikan di jalan sempit, dan yang terpenting: irit bahan bakar.
Sensasi berkendara RWD yang superior memang ada, namun untuk penggunaan sehari-hari di perkotaan tanpa tanjakan ekstrem, hal tersebut menjadi kurang relevan.
Selain itu, kemajuan teknologi turut menutupi kelemahan FWD yang dulu sering dianggap inferior.
Dengan adanya traction control, electronic stability program (ESP), dan torque vectoring, handling mobil FWD modern kini bisa mendekati RWD.
Contoh nyatanya adalah Honda Civic Type R yang, meskipun FWD, mampu mengalahkan banyak mobil sport RWD di sirkuit Nürburgring.
Efisiensi dan Biaya Produksi: Keunggulan FWD yang Tak Terbantahkan
Dari sisi efisiensi, FWD jauh lebih unggul. FWD mengintegrasikan mesin, transmisi, dan sistem penggerak di bagian depan mobil, menghilangkan kebutuhan akan drive shaft panjang ke belakang dan diferensial belakang yang besar.
Ini berarti lebih sedikit energi yang hilang akibat gesekan komponen (mechanical loss), menghasilkan konsumsi bahan bakar yang lebih irit dibandingkan RWD.
FWD juga sangat cocok untuk penggunaan harian di perkotaan dengan kondisi stop-and-go yang sering.
Tak hanya itu, FWD juga menawarkan keuntungan signifikan bagi produsen dari segi biaya produksi.
Dengan FWD, pabrikan dapat menghemat biaya produksi secara substansial, memungkinkan mereka untuk menjual mobil dengan harga lebih terjangkau atau mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar.
Sisa-sisa Kejayaan RWD: Studi Kasus Toyota Rush
Meskipun dominasi FWD kian kuat, beberapa model mobil masih mempertahankan sistem RWD, seperti Toyota Rush.
Alasan utamanya adalah positioning Rush sebagai SUV tangguh yang cocok untuk berbagai medan, termasuk jalanan rusak dan tanjakan curam.
Secara teknis, Rush dibangun di atas platform ladder frame dengan RWD yang sama dengan Daihatsu Terios dan Toyota Avanza generasi lama.
Ini memungkinkan Toyota untuk menekan biaya pengembangan dan produksi, karena tidak perlu membuat platform baru.
Namun, pertanyaan besarnya adalah seberapa lama Toyota Rush akan bertahan dengan RWD di tengah tuntutan konsumen akan mobil yang irit.
Jika mobil performa seperti Honda Civic saja sudah beralih ke FWD, bukan tidak mungkin Toyota Rush juga akan menyusul.
Dunia otomotif terus berkembang, dan yang tidak relevan akan ditinggalkan, sementara yang relevan akan terus ditingkatkan.
Pada akhirnya, RWD memang sudah tidak relevan lagi untuk mobil keluarga, city car, atau hatchback di era modern.
Mayoritas konsumen kini lebih mengutamakan efisiensi, kepraktisan, dan kenyamanan.
Mereka tidak lagi peduli seberapa cepat mobil bisa berakselerasi dari 0-100 km/jam, melainkan apakah mobil tersebut irit, kuat menanjak, dan memiliki AC dingin.
Dengan kemajuan teknologi, FWD telah membuktikan diri sebagai sistem penggerak yang sangat mumpuni, efisien, dan ekonomis.*