100kpj – Di tengah harga mobil baru yang kian meroket dan berbagai pengeluaran lain, calon pembeli sering dihadapkan pada dilema: membeli mobil Low Cost Green Car (LCGC) baru atau mobil bekas non-LCGC?
Pertanyaan ini menjadi penting mengingat setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mari kita telusuri perbandingan keduanya.
Perbandingan Harga dan Kualitas: Mobil Bekas Unggul?
Mobil LCGC di pasaran saat ini menawarkan varian menarik dengan harga yang bervariasi.
Misalnya, Daihatsu Ayla dibanderol mulai dari Rp137 juta, Honda Brio mulai Rp170 juta, dan untuk segmen seven-seater ada Sigra mulai Rp140 juta serta Calya mulai Rp160 juta.
Namun, dengan harga tersebut, konsumen umumnya hanya mendapatkan tipe terendah. Jangan berharap banyak soal kenyamanan, kekedapan suara, fitur melimpah, AC dingin, apalagi head unit touchscreen.
Fitur-fitur ini seringkali hanya bisa didapatkan dengan biaya tambahan untuk penggantian suku cadang aftermarket.
Menariknya, dengan anggaran setara mobil LCGC baru, Anda bisa mendapatkan mobil bekas non-LCGC dengan kualitas yang jauh lebih baik.
Contohnya, dengan Rp137 juta (harga Ayla baru), Anda bisa membawa pulang Honda Jazz GE8 keluaran 2012-2013 atau Yaris "Lele" tahun 2014.
Bahkan, jika Anda menyiapkan dana sekitar Rp170 juta (harga Brio baru), Honda Jazz GK5 tahun 2015-2017 bisa menjadi pilihan. Secara desain, kualitas material, dan performa, Honda Jazz GK5 jelas jauh mengungguli Honda Brio Satya.
Untuk segmen seven-seater, anggaran Sigra sekitar Rp140 jutaan memungkinkan Anda mendapatkan Grand Avanza tahun 2016 atau Rush/Terios tahun 2015.
Bahkan, dengan budget Calya senilai Rp160 jutaan, Mitsubishi Xpander tahun 2017-2018 bisa jadi milik Anda, bahkan mungkin dengan sisa kembalian jika Anda cerdik mencari.
Dari sisi ini, mobil bekas non-LCGC terlihat jauh lebih menarik dan menjanjikan kenyamanan lebih.
Faktor Keamanan dan Biaya Perawatan
Meski demikian, mobil bekas memiliki satu poin krusial yang patut dipertimbangkan: usia.
Sebagian besar mobil bekas non-LCGC yang jadi perbandingan sudah berumur hampir atau bahkan lebih dari 10 tahun.
Ini berarti ada kemungkinan besar Anda harus mengeluarkan dana dan waktu ekstra untuk peremajaan.
Meskipun penjual mengklaim "siap pakai", ada saja komponen yang perlu diganti, terutama di bagian yang jarang dicek seperti kaki-kaki, support, atau kelistrikan.
Disarankan untuk mengganti semua cairan mobil (oli mesin, air radiator, oli transmisi, minyak rem, dll.) demi keamanan dan kinerja optimal.
Ini berarti, siap-siap dana cadangan minimal Rp10 juta untuk peremajaan awal.
Di sinilah keunggulan mobil LCGC baru terlihat. Anda mendapatkan rasa aman dan kepastian karena mobil bisa langsung dipakai tanpa perlu khawatir biaya perbaikan atau penggantian.
Selain itu, suku cadang LCGC jauh lebih murah dan mudah didapat. Contohnya, suku cadang Honda Brio tentu lebih terjangkau daripada Honda Jazz GK5, begitupun Calya dibandingkan Xpander.
Perbedaan biaya perawatan bisa mencapai 30%, menjadikan LCGC lebih unggul dalam hal ini.
Konsumsi BBM dan Nilai Jual Kembali
Bagaimana dengan konsumsi bahan bakar? LCGC dirancang dengan mesin kecil untuk efisiensi BBM.
Namun, secara praktis, perbedaan konsumsi BBM antara LCGC dan non-LCGC tidak terlalu signifikan.
Contohnya, Honda Brio dan Honda Jazz GK5 sama-sama memiliki konsumsi rata-rata 1:10 hingga 1:15 km/liter. Perbedaan 1-2 km/liter mungkin tidak terlalu terasa dalam penggunaan sehari-hari.
Dalam hal nilai jual kembali (resell value), mobil bekas non-LCGC menunjukkan performa yang jauh lebih stabil.
Ambil contoh Mitsubishi Xpander tahun 2018 yang harganya cenderung stagnan di kisaran Rp150-170 jutaan dalam dua tahun terakhir.
Honda Jazz GK5 juga terkenal dengan harga jual kembali yang sangat stabil, bahkan sulit turun drastis.
Berbanding terbalik, harga jual LCGC cenderung terjun bebas dan relatif sulit dijual, salah satunya karena kekhawatiran masyarakat terhadap riwayat mobil bekas taksi daring atau online-ojek. Dalam poin ini, mobil bekas kembali unggul.
Kenyamanan: Non-LCGC Juaranya
Untuk urusan kenyamanan, mobil non-LCGC tidak perlu diragukan lagi. Desain, kualitas interior, hingga kekedapan kabin jelas jauh di atas LCGC.
Ini menjadi nilai tambah signifikan bagi Anda yang mengutamakan pengalaman berkendara.
Kesimpulan: Sesuaikan dengan Prioritas Anda
Jadi, mana yang lebih baik? Jawabannya sangat tergantung pada prioritas Anda:
- Pilih mobil bekas non-LCGC
Jika Sobat KPJ mengutamakan kenyamanan, desain yang menarik, dan nilai jual kembali yang stabil.
Biaya perawatan memang sedikit lebih tinggi, namun penggantian komponen besar umumnya tidak terlalu sering. Kuncinya adalah memahami mobil yang akan dibeli dan penyakit umumnya untuk menghindari penipuan.
- Pilih mobil LCGC baru
Jika Sobat KPJ memprioritaskan rasa aman, kepastian, konsumsi BBM yang sedikit lebih irit, dan biaya perawatan yang lebih murah.
Namun, ada satu catatan penting: jika budget Anda setara dengan LCGC baru, pertimbangkan mobil bekas non-LCGC dengan tahun produksi yang lebih muda (sekitar 2012 ke atas) yang harganya setara.
Mobil-mobil ini umumnya masih aman dan memberikan kenyamanan lebih. Namun, hindari mobil bekas dengan harga jauh di bawah LCGC baru, terutama yang berumur di bawah tahun 2010.
Meskipun beberapa masih nyaman, potensi peremajaan komponen akan lebih banyak dan risiko masalah kelistrikan yang sudah "diakali" lebih tinggi.
Pilihan ada di tangan Anda. Pertimbangkan matang-matang prioritas dan kesiapan finansial Anda sebelum memutuskan.*