Home Motor Mobil Klub & Modif Sirkuit Tips & Trik Indeks

Haruskah Pembalap Indonesia Dibayar Mahal?

Putaran 4 Oneprix 2019
Sumber :

100kpjRafid Topan Sucipto dan Fitriansyah Kete merupakan dua pembalap Indonesia yang saat ini sedang menjadi sorotan publik, khususnya di dunia balap motor. Karnea keduanya telah resmi membela tim H Putra 969 dengan nilai fantastis.

Nilai kontrak Rafid Topan senilai Rp3 miliar untuk tiga tahun, sedangkan Fitriansyah Kete dikontrak Rp800 juta per tahun. Tentu nilai kontrak yang luar biasa di tengah pandemi yang belum usai ini.

Apalagi kedua pembalap tersebut kompak jika balapan tidak bisa digelar seperti tahun 2020, karena pandemi yang juga tak kunjung usai, maka nilai kontrak keduanya akan tetap cair.

Baca juga: Beda dengan MotoGP, Di Indonesia Jadi Pembalap Pabrikan Dibayar Murah

Kualifikasi Grand final Oneprix di Surabaya.. Rafid Topan (50)

Pembalap Harus Dikontrak Tinggi?

Menurut Ahmad Jayadi seorang mantan pembalap yang punya pemilik tim Jayadi Racing menjelaskan kepada 100KPJ.com bahwa, dirinya sadar di dunia balap motor Indonesia pembalap adalah suatu profesi, sehingga banyak orang yang menggantungkan hidup dari balapan.

Namun pria yang akrab dipanggil Bang Adi ini mengungkapkan bahwa nilai kontrak jangan dijadikan patokan. "Jika nilai kontrak dijadikan patokan, nanti orientasi pembalap hanya akan mencari uang, karena nanti yang dilihat hanya dari nilai kontraknya saja, bukan prosesnya, hal tersebut nantinya akan berdampak buruk bagi mental para pembalap muda," bilang Bang Adi kepada 100KPJ.com lewat sambungan telepon.

Lebih lanjut Bang Adi menjelaskan, seperti sekarang contohnya Rafid Topan dan Fitrianyah Kete, mereka berdua memang layak mendapatkan nilai kontrak yang besar karena prestasinya yang bagus.

"Jadi jangan sampai ada pembalap muda yang merasa dirinya jago, lalu dia memasang harga tinggi, karena hal tersebut akan berakibat fatal bagi masa depannya. Selain itu karena diiming-imingin bayaran mahal, pembalap muda tersebut justru lebih memilih balapan nasional, sementara ada kesempatan lain untuk tampil diajang balapan internasional tapi dengan bayaran yang tidak besar," jelasnya.

Pembalap Muda di Indonesia Harus Bersyukur

Disisi lain, mantan pembalap dunia GP250 dan Moto2 Doni Tata Pradita menjelaskan bayaran besar itu layak didapatkan oleh pembalap yang punya prestasi besar. Doni menilai pembalap muda di Indonesia harusnya bersyukur karena berbeda dengan pembalap muda di luar negeri.

"Karena di luar negeri pembalap muda atau pembalap yang tidak punya prestasi yang besar, ketika mereka ingin mengikuti balapan, mereka yang harus mencari uang yang diberikan kepada tim untuk keperluan balap, jika ada sisanya ya uang itu yang akan masuk ke kantong pribadi pembalap tersebut," bilang Doni kepada 100KPJ.com.

Sementara di Indonesia, lebih banyak kesempatan bagi pembalap muda untuk bisa tampil di ajang balapan dengan tidak mengeluarkan uang. Doni mencontohkan, di Indonesia ada beberapa pabrikan yang memberikan kesempatan kepada pembalap muda yang memiliki skill mumpuni, untuk menjadi pembalapnya baik di tingkat nasional maupun internasional.

"Selain pabrikan, di Indonesia itu jarang ada tim yang meminta uang kepada pembalap yang ingin balapan. Bahkan pembalap muda atau pembalap yang belum punya prestasi itu dibayar, walaupun tidak besar," pungkas Doni Tata.

Kualifikasi Grand final Oneprix di Surabaya.. Syamsul Arifin (91)

Baca juga: Kejadian Kocak Doni Tata di GP250 yang Buat Jorge Lorenzo Menutup Muka

Berita Terkait
hitlog-analytic