Home Motor Mobil Klub & Modif Sirkuit Tips & Trik Indeks

Fenomena Mobil Kembar, Strategi Jitu Produsen Mobil Indonesia yang Menguntungkan Konsumen?

Avanza-Xenia bekas.
Sumber :

100kpj – Praktik badge engineering, atau meluncurkan dua mobil yang identik secara teknis namun berbeda merek, telah menjadi pemandangan umum di jalanan Indonesia.

Sebut saja kolaborasi populer seperti Toyota Avanza-Daihatsu Xenia atau Mitsubishi Xpander-Nissan Livina.

Meskipun tampak sebagai strategi kapitalis untuk menguasai pasar, praktik ini justru menciptakan skenario yang menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen.

Lantas, bagaimana cara kerja badge engineering dan mengapa ini menjadi solusi win-win di pasar otomotif Indonesia?

Strategi Efisiensi dan Perluasan Pasar

Pada dasarnya, badge engineering adalah respons industri otomotif untuk menekan biaya riset dan pengembangan (R&D).

Dibandingkan harus merancang mobil baru dari nol yang memakan biaya dan waktu bertahun-tahun, produsen bisa berbagi platform, komponen, dan proses manufaktur.

Hasilnya, terciptalah dua produk yang serupa, namun dibedakan melalui sentuhan akhir seperti desain eksterior, fitur, atau strategi pemasaran.

Dengan cara ini, produsen dapat memaksimalkan kapasitas produksi dan memperluas jangkauan pasar tanpa investasi besar.

Contoh nyata adalah Toyota dan Daihatsu yang sering kali berkolaborasi. Meskipun Avanza dan Xenia memiliki platform dasar yang sama, keduanya dibedakan dengan strategi harga dan target pasar.

Xenia, yang umumnya dijual dengan harga lebih terjangkau, menyasar konsumen yang mencari fitur serupa dengan harga lebih ekonomis, sementara Avanza menargetkan segmen yang lebih premium. Hal ini memungkinkan kedua produsen menguasai pangsa pasar yang lebih besar.

Keuntungan bagi Konsumen

Meskipun dilabeli sebagai strategi kapitalis, praktik ini justru membawa banyak manfaat bagi konsumen.

Pasar Indonesia yang sensitif harga menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menerapkan badge engineering.

Dengan meminimalkan biaya produksi, produsen dapat menekan harga jual di pasaran, menjadikan mobil lebih terjangkau bagi masyarakat.

Selain itu, ketersediaan suku cadang menjadi sangat melimpah. Pengguna mobil kembar, seperti Avanza-Xenia, dapat dengan mudah menemukan suku cadang yang kompatibel di berbagai toko.

Kelimpahan ini juga berdampak pada harga suku cadang yang lebih murah, serta kemudahan dalam perbaikan karena mekanik lebih familiar dengan komponen tersebut.

Praktik ini juga secara tidak langsung mendorong peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang juga menguntungkan industri nasional.

Pihak yang Dirugikan dan Regulasi

Meskipun konsumen dan produsen yang berkolaborasi diuntungkan, ada satu pihak yang dirugikan, yaitu kompetitor.

Di segmen MPV, misalnya, dominasi Avanza-Xenia sering kali membuat produsen lain sulit bersaing.

Namun, tidak ada regulasi di Indonesia yang secara eksplisit melarang praktik badge engineering.

Selama setiap model atau varian memiliki sertifikasi uji tipe yang terpisah dan mematuhi peraturan yang berlaku, praktik ini sah-sah saja dilakukan.

Pada akhirnya, badge engineering di Indonesia adalah contoh menarik dari kapitalisme yang menciptakan solusi win-win.

Produsen dapat memaksimalkan keuntungan dan menguasai pasar, sementara konsumen mendapatkan mobil yang lebih terjangkau dengan ketersediaan suku cadang yang melimpah.

Praktik ini menunjukkan bahwa di pasar yang menuntut seperti Indonesia, strategi kolaboratif bisa menjadi kunci sukses bagi industri otomotif.*

Berita Terkait
hitlog-analytic