Home Motor Mobil Klub & Modif Sirkuit Tips & Trik Indeks

Mobil Honda Mahal Perawatan? Jangan Panik Dulu, Simak Dulu Faktanya!

Honda Jazz E:HEV 2023
Sumber :

100kpj – Berbeda dengan mobil Eropa, kendaraan Jepang cenderung lebih "bandel" dalam menghadapi lalu lintas ekstrem.

Namun, di antara beragam merek Jepang yang beredar, Honda seringkali menjadi perbincangan hangat, terutama terkait biaya perawatannya.

Benarkah merawat mobil Honda lebih mahal dari merek Jepang lainnya?

Selama ini, konsumen Indonesia cenderung familiar dengan karakteristik umum masing-masing merek Jepang.

Toyota dikenal dengan mobil yang awet, suku cadang terjangkau, dan harga jual kembali yang stabil.

Daihatsu menawarkan kendaraan fungsional dengan suku cadang terjangkau, sementara Suzuki dikenal awet meskipun suku cadang cenderung lebih mahal dan harga jual tidak stabil.

Nissan memiliki mobil yang cukup awet, namun suku cadang dan harga jualnya menjadi perhatian. Lalu bagaimana dengan Honda?

Honda: Aura Premium yang Berujung Biaya "Premium"

Meskipun kerap diasosiasikan dengan harga jual yang relatif stabil dan performa yang baik, Honda memiliki reputasi lain: biaya perawatan yang mahal.

Hal ini tak lepas dari positioning Honda di segmen premium di Indonesia, berbeda dengan Toyota, Daihatsu, atau Suzuki.

Bahkan produk di segmen LCGC seperti Brio Satya sekalipun, aura premium Honda tetap melekat kuat di benak konsumen.

Namun, apakah "premium" Honda hanya sebatas merek? Dari segi desain, finishing, hingga interior, mobil Honda (kecuali Brio dan Mobilio) memang mengusung kesan premium.

Sayangnya, kesan premium ini juga berimbas pada harga suku cadang.

Suku Cadang Mahal dan Kurang Awet?

Faktanya, harga suku cadang mobil Honda memang lebih mahal dibandingkan merek Jepang lainnya.

Ambil contoh motor kipas Honda Freed yang harganya bisa mencapai lebih dari Rp2 juta di dealer resmi, jauh lebih mahal dari motor kipas sejenis di Toyota Sienta.

Tingginya harga ini disebabkan oleh beberapa suku cadang Honda yang masih diimpor langsung dari Jepang, terutama untuk model seperti HRV, CRV Turbo, atau Civic. Pajak dan biaya impor tentu saja berkontribusi pada pembengkakan harga.

Selain itu, spare part Honda juga cenderung kurang awet. Mengapa demikian? Honda sebagai produsen mobil premium mengutamakan kenyamanan dan performa.

Untuk mencapai performa yang lebih baik, mesin akan bekerja lebih keras, sehingga komponen-komponennya lebih cepat aus.

Sebagai perbandingan, busi Honda Jazz GK5 memiliki umur rata-rata 20.000 km, sementara busi Toyota Agya bisa mencapai 30.000-40.000 km.

Performa yang lebih tinggi seringkali harus dibayar dengan masa pakai komponen yang lebih singkat.

Biaya Jasa Servis di Bengkel Resmi yang Fantastis

Tak hanya suku cadang, biaya servis di bengkel resmi Honda juga terkenal mahal. Jika di merek lain biaya jasa biasanya sebanding atau lebih murah dari harga suku cadang, di Honda bisa sebaliknya.

Sebuah contoh tagihan servis menunjukkan biaya jasa yang jauh lebih tinggi dari total harga oli mesin, ring tap oli, gemuk rem, dan filter oli.

Mekanik yang dianggap lebih handal dan teknologi mesin Honda yang lebih kompleks seperti VTEC disebut-sebut sebagai alasannya.

Namun, untuk sekadar ganti oli atau servis rem, alasan ini terasa kurang masuk akal dan lebih kepada faktor "branding premium" yang membuat segalanya menjadi mahal.

Bahkan di bengkel umum, mobil Honda seringkali dikenakan biaya tambahan.

Hal ini karena ruang mesin Honda yang cenderung sempit dan padat, membuat proses perawatan menjadi lebih rumit dan membutuhkan energi ekstra.

Desain ini merupakan bagian dari upaya Honda untuk menonjolkan estetika ruang mesin mereka, serupa dengan mobil Eropa dan Amerika.

Minimnya Pilihan Suku Cadang Aftermarket

Masalah lain yang membuat biaya perawatan Honda membengkak adalah kelangkaan suku cadang aftermarket. Ambil contoh rack steer.

Jika rack steer Toyota Avanza rusak, pemilik memiliki banyak pilihan, mulai dari original, rekondisi, hingga berbagai merek aftermarket.

Namun, untuk Honda Mobilio, pilihan hanya terbatas pada suku cadang original yang mahal atau rekondisi.

Minimnya pilihan aftermarket ini membuat konsumen terbatas dan terpaksa mengeluarkan biaya lebih.

Pada akhirnya, keputusan untuk memiliki mobil Honda berarti kesiapan untuk mengalokasikan dana lebih untuk perawatannya.

Dengan harga mobil Honda yang umumnya lebih tinggi dari merek Jepang lainnya (kecuali Mazda), wajar jika biaya perawatan juga se commensurate.

Jadi, bukan lagi tentang tebalnya dompet, melainkan seberapa berani Anda mengeluarkan uang untuk merawat mobil kesayangan.*

Berita Terkait
hitlog-analytic