100KPJ

Selain Terintegrasi, Ini Kunci Utama Agar Transportasi Umum Digemari

Share :

100kpj – Untuk mengurangi kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta, salah satu solusinya menggaungkan transportasi umum. Namun seiring berjalannya waktu, moda transportasi milik bersama tersebut mulai diabaikan oleh masyarakat.

Sebagain mereka memilih menggunakan kendaraan pribadi dengan berbagai alasan, diantaranya demi kenyamanan, dan privasi. Setiap tahun jutaan unit mobil, dan motor ludes terjual hingga kepemilikan kendaraan di RI meningkat.

Sekjen Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, Kukuh Kumara sempat mengatakan, rasio kepemilikan kendaraan di Indonesia beberapa tahun lalu hanya 80-87 unit per 1.000 penduduk, namun kini meningkat menjadi 97 unit.

Meroketnya penggunaan kendaraan pribadi, yang tidak seimbang dengan pembangunan infrastrutur tentu menimbulkan penumpukan. Sehingga sudah menjadi hal wajar jika terjadi kemacetan di sejumlah kota-kota besar, terutama Jakarta.

Salah satu pekerjaan terberat pemerintah adalah menarik perhatian masyarakat agar kembali beralih menggunakan transportasi umum. Tapi tanpa terintegrasi yang jelas, ekpetasi masyarakat menggunakan angkutan umum seperti angin berlalu.

Direktur Center for Sustainble Infrastructure Development, Universitas Indonesa, Mohammed Ali Berawi mengatakan, kota-kota besar seperti Jakarta membutuhkan transportasi umum yang terintegrasi untuk memudahkan akses perjalanan penumpangnya.

“Hal ini diperlukan untuk mencapai efektifitas waktu, efisiensi biaya, dan kenyamanan. Maka kota besar dengan kompleksitas jaringan, dan moda angkutan memerlukan integrasi transportasi,” ujarnya kepada 100KPJ, Kamis 30 Juli 2020.

Diketahui, Pemprov DKI gencar menghadirkan berbagai macam moda transportasi, untuk memudahkan masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari. Mulai dari memperbanyak jumlah busway, bus regular, atau menghadirkan MRT (Mass Rapid Transit).

Bahkan ada LRT (Light Rail Transit) yang baru beroperasi rute Velodrome-Kelapa Gading. Tapi menurut Guru Besar Intitute Teknologi Bandung (ITB), Ofyar Z Tamin, meski jaringannya sudah cukup memadai namun belum terintegrasi dengan baik. 

“Jaringan sudah baik, tapi terintegrasi secara operasional belum. Masih beroperasi sendiri-sendiri, antara busway, MRT atau angkutan umum, dan LRT juga belum jalan sepenuhnya,” ujar Ofyar kepada 100KPJ.

Menurut pakar transportasi itu, setelah terhubung antara moda transportasi, blank spot akan semakin kecil. Maka secara jaringan harus terintegrasi terlebih dahulu, misalnya sehabis naik busway lalu naik MRT enggak perlu menunggu berjam-jam.

“Usahakan waktu jeda itu tidak ada. Seperti di Inggris semua jaringan transportasinya teringerasi dengan baik. Setelah integrasi operasional, dan jaringan membaik, baru diikat dengan integrasi ticketing,” ujar Profesor lulusan Universitas of London tersebut. 

Menurutnya tidak ada gunanya jika tidak ada kemudahan dalam pembayaran. Sehingga integrasi ticketing diperlukan. Sehingga saat ingin berpindah ke moda transportasi umum lainnya enggak perlu buang waktu untuk membeli tiket lagi. 

“Satu tiket seharusnya bisa digunakan untuk semua moda trnsportasi umum. Agar semua berjalan baik, bentuk integrasi kelembagaan yang dibuat khusus mengendalikan semua transportasi umum yang ada,” tuturnya.

Artinya hanya ada satu pintu yang mengatur jaringan, operasional, dan tiket. Kalau semuanya sudah terintegrasi, menurut Ofyar yang juga Rektor di Institute Teknologi Sumatera itu masyakarakat akan tergoda dengan transportasi umum.   

“Kalau itu suDah jalan berpindah lah orang darI kendaraan pribadi ke transportasi umum. Atau disatu sisi pengguna kendaraan pribadi dipersulit. Misalnya memberlakukan jalan berbayar, mempersulit lahan parkir atau menaikkan tarif parkir,” katanya.

 

Share :
Berita Terkait