100kpj – Pabrikan mobil asal Jerman, Audi siap memangkas 7.500 karyawan hingga enam tahun ke depan di tengah upaya pengembangan kendaraan listrik. Sehingga, pada 2025 mendatang, merek tersebut akan kehilangan sekitar 10 persen dari tenaga kerja globalnya.
Bukan hanya Audi, pabrikan asal Negeri Panser lain, Daimler, sebagai induk perusahaan Mercedes-Benz mengambil langkah serupa dengan merumahkan 10 ribu karyawan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Dengan PHK besar-besaran itu, Mercy diperkirakan menghemat Rp21,7 triliun sampai akhir 2022 nanti.
Sedang di Indonesia sendiri, program percepatan kendaraan listrik berbasis baterai juga tengah digalakkan pemerintah. Bahkan, mereka menargetkan produksi hingga dua juta unit pada 2025 mendatang.
Lantas, apakah pergeseran produksi dari mesin bensin ke listrik di dalam negeri berpengaruh pada keberlangsungan hidup karyawan lokal, seperti halnya yang terjadi di kawasan Eropa?
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi menyebut, menjamurnya industri kendaraan listrik di dalam negeri tidak berpengaruh terhadap pengurangan jumlah keryawan di perusahaan otomotif Indonesia. Sebaliknya, ia justru yakin, era elektrifikasi bisa membuka lebih banyak lagi lapangan kerja baru.
“(Produksi) mobil listrik tidak berdampak (dengan pengurangan jumlah karyawan), justru kalau dikembangkan, perlu tambahan orang (sebagai tenaga produksi),” ujarnya saat dihubungi 100KPJ, Kamis 5 Desember 2019.
Ia juga menambahkan, pengurangan karyawan yang terjadi secara global, tidak hanya disebabkan peralihan produksi dari mesin lama ke mesin baru. Melainkan ada penyebab lain yang jauh lebih substansial dan berdampak cukup besar.
“Permasalahannya bukan itu (produksi mobil listrik), tapi terus terang saja total penjualan otomotif di dunia memang turun. Di Cina saja turun sembilan persen dari total (penjualan) 28 juta. Di India juga turun, Indonesia pun sama. Jadi pasarnya memang sedang turun,” terangnya.
Kendati demikian, kata Nangoi, masa ‘suram’ industri otomotif global sudah mulai berakhir dan menemukan titik terang. Terutama, selama satu bulan terakhir.
“Dalam dunia otomotif, fenomena itu sudah biasa. Tapi, November ini tren (penjualan mobil) sedang naik. Di Cina pun begitu, dari yang sebelumnya turun sembilan persen, menjadi hanya turun empat persen saja,” kata dia.
(Laporan: Jeffry Yanto)