100KPJ

Ada Mobil Listrik Buatan Lokal, Kok PLN Pilih BYD Buatan China

Share :

Selain itu alasan lainnya, menurut Ari soal colokan mobil listrik BYD serupa dengan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), baik pakai daya listrik tidak searah alias AC, atau listrik searah atau DC dengan fast charging dan ultra fast charging sudah sesuai.

"Yang jelas standarnya sudah tersedia, tidak khawatir charging yang tidak suport mobil BYD mungkin itu yang menjadi pilihan PLN. Kemudian oerasionalnya terpenuhi atau enggak, dan BYD selalu berinovasi," katanya.

Dia juga meyakini bahwa BYD juga akan mengembangkan eksosistem kendaraan listrik di Indonesia. Sehingga terkait komponen lokal, karena industri yang masuk masif, atau masih dalam tahap awal, maka inovasi akan terus berkembang tanpa batas. Lalu untuk apa mobil listrik sebanyak itu? 

"10 ribu unit itu tiga-tiganya (model BYD). Untuk operasional kantor dari level unit usaha, kami punya 1.000 kantor pakai EV dari semua model, dan PLN punya 10 sub holding dan anak perusuhaan yang akan diprovide," sambungnya.

Sebagai tahap awal BYD masuk pasar Indonesia dengan memanfaatkan insentif CBU dari pemerintah, berupa bebas bea masuk, dan PPnBM ditanggung negara. Keringanan itu didapatkan karena jenama asal negeri tirai bambu itu punya komitmen akan mendirikan pabrik di RI.

Nantinya ketiga mobil listriknya yang sudah menikmati insentif tersebut akan diproduksi lokal, termasuk baterainya. BYD berkomitmen untuk menggelontorkan investasi sebesar 1,3 miliar dolar, atau setara Rp20 triliunan untuk pembangunan pabrik.

Sementara terkait mobil listrik buatan lokal yang dimaksud ada beberapa model saat ini, yaitu Hyundai Ioniq 5, Wuling Air ev, Binguo EV, serta Chery Omoda E5. Semua mobil tanpa emisi tersebut memiliki TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) di atas 40 persen.

Share :
Berita Terkait