100KPJ

Menteri Bahlil Ungkap Kualitas Nikel Lebih Baik dari LFP, Bikin Ford dan VW Kepincut

Share :

"Calon investor siapa aja yang akan masuk ke Indonesia untuk membangun eksosistem baterai mobil ini. Selain CATL, LG (sudah terealisasi), ada VW (Volkswagen), ada BASF, ada Ford. Kita ingin Indonesia betul-betul mendapat nilai tambah lebih, dari persoalan ini," tuturnya.

Mobil-mobil listrik yang beredar di China, dan masuk Indonesia saat ini sebagian besar pakai baterai LFP. Sebut saja Wuling Air ev, Binguo EV, MG ZS EV, MG 4 EV, dan lineup BYD seperti Dolphin, Seal, Atto 3.

Bahkan Tesla Model 3, dan Model Y yang diproduksi di Tiongkok pakai baterai LFP, meski sebagian tipe masih mengandalkan nikel seperti halnya Tesla Model S, Model X yang diproduksi di Amerika Serikat.

Sedangkan di Indonesia, Hyundai bersama LG, dan Indonesia Battery Corporation (IBC) sedang menuju proses produksi baterai berbahan dasar nikel, seperti yang digunakan pada Ioniq 5. Lokasi pabrik pembuatan komponen penyimpan daya listrik itu berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.

Pabrik hasil kolaborasi Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dengan Hyundai Mobis ini menelan dana investasi sebesar 60 juta dolar Amerika Serikat, atau setara Rp900 miliar. Berdiri di atas lahan 32.188 meter persegi yang akan mulai produksi massal di awal 2024.

Artinya setelah Hyundai, VW dan Ford yang namanya sudah diumumkan sejak 2023 akan melakukan strategi serupa, yaitu memanfaatkan sumber nikel dari RI untuk pembuatan baterai.

Sebelumnya Bahlil Lahadalia sempat menyebut Volkswagen, produsen mobil terbesar di Eropa, akan bekerja sama dengan Vale, Ford, Huayou, penambang Perancis Eramet, dan beberapa perusahaan Indonesia seperti Merdeka Gold Copper, perusahaan induk Merdeka Battery, dan perusahaan energi Kalla Group.

Share :
Berita Terkait