100KPJ

Gegara Transmisi, Begini Nasib Toyota Calya Listrik Buatan Mahasiswa ITB

Share :

Toyota Calya yang dikonversi menjadi kendaraan listrik tersebut mengandalkan transmisi matik bawaan mobil, sehingga butuh penyesuaian dari ECU (Electric Control Unit). Berbeda dengan yang dilakukan perguruan tinggi lainnya.

“Kalau kami berbeda sendiri dengan yang dilakukan UI (Universitas Indonesia), dan ITS (Institur Teknologi Sepuluh Nopember). Kami memiliki transmisi matik, ternyata mapping dari ECU harus di sesuaikan,” tuturnya.

Dengan begitu, perlu menyesuaikan otak dari mobil itu agar terintegrasi dengan baik menggunakan giboks matik Calya. Umumnya kendaraan listrik buatan pabrikan mengandalkan satu percepatan matik sebagai penerus tenaga.

Sedangkan karya mahasiswa universitas lain mengandalkan transmisi manual, yang menurut Agus lebih mudah jika Calya pelahap seterum tersebut mengaplikasikan girboks dengan sistem kopling saat perpindahan giginya.

“Mau tidak mau kita harus sejalan antara karakter motor dengan karakter transmisi matiknya. Jadi menurut kami ini tangan tang berat juga. Tapi kalau transmisi manual itu mudah, dan bisa dilakukan, jadi paling tidak untuk low dan high speed saja,” katanya.

Selain itu, standarisasi yang perlu dikembangkan adalah menyesuaikan colokan, atau tipe pengisian daya baterainya dengan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) yang tersedia saat ini.

Sebelumnya Calya listrik karya ITB tersebut menggunakan standar tegangan kelas B dengan daya 60 volt sammpai 1.500 volt, tipe pengisiannya satu arah alias DC.

Share :
Berita Terkait