100kpj – Toyota menjadi salah satu brand raksasa asal Jepang yang fokus mengurangi emisi kabon dari mesin pembekaran di Indonesia. Selaras dengan tujuan pemerintah yang ingin mencapai netralitas karbon pada 2060.
Namun untuk mencapai nol emisi, Toyota punya strategi berbeda. Jika merek lain hanya fokus menjual mobil listrik berbasis baterai, jenama asal negeri sakura itu memerhatikan semua aspek untuk ramah lingkungan.
Langkah pertama yang mereka lakukan adalah menawarkan mobil hybrid terlebih dahulu, saat ini sudah ada beberapa model. Diantaranya Camry Hybrid, Corolla Altis Hybrid, Corolla Cross Hybrid, hingga Kijang Innova Zenix Hybrid.
Mobil yang menggabungkan mesin pembakaran, dengan motor listrik sebagai penggerak rodanya itu dipercaya dapat mengurangi emisi lebih maksimal. Mengingat secara harga lebih terjangkau dari mobil listrik murni.
Sehingga populasinya lebih banyak dari mobil listrik berbasis baterai. Karena selain harga terjangkau, minat masyarakat terhadap teknologi hybrid dilatarbelakangi insfrastruktur pengisian baterai yang belum maksimal.
Sumber energi atau pembangkit listrik di Indonesia saat ini sebagian besar masih mengandalkan batu bara. Sehingga ada emisi yang dihasilkan saat kebutuhan listrik meningkat, atau ketika proses pengisian daya baterai.
Berbeda dengan hybrid yang secara otomatis baterai akan terisi ketika mesin pembakaran hidup. Oleh sebab itu, Toyota punya pertimbangan matang sebelum akhirnya menawarkan mobil listrik murni melalui bZ4X.
“Transisi kendaraan elektrifikasi yang tidak tertata akan melemahkan posisi Indonesia sebagai basis global industri otomotif,” ujar Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TTMIN), Bob Azam dalam seminarnya di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis 1 Desember 2022.
Menurutnya, kehadiran beragam teknologi kendaraan elektrifikasi rendah emisi yang lengkap, melalui pendekatan strategi multi-pathway akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia lebih cepat berkembang dari negara lain.
Dengan begitu, Bob Azam menjelaskan, Indonesia bisa mengejar posisi sebagai pemain utama, serta eksportir kendaraan elektrifikasi di kancah internasional. Di samping itu, roadmap industri otomotif nasional harus disusun memperhitungkan ketersediaan energi, khususnya SDA tidak terbarukan.
“Dukungan Pemerintah di sektor transportasi melalui manajemen UIO (Unit in Operation), juga menjadi elemen penting untuk mempertahankan posisi dan kontribusi positif industri otomotif nasional selama lebih dari 5 dekade ini,” tuturnya.
Untuk mencapai target netralitas karbon, Toyota Indonesia meyakini bawa era elektrifikasi tidak boleh meninggalkan industri otomotif nasional yang selama ini telah berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Toyota Indonesia berkomitmen menyediakan semua teknologi elektrifikasi sesuai kebutuhan pelanggan dengan menyediakan beragam pilihan seperti hybrid, plug-in hybrid, BEV atau battery electric vehicle, hingga hydrogen.
Rangkaian seminar nasional tahap ke empat di ITB itu memberikan pemahaman, dan peningkatan pengetahuan civitas akademia, mahasiswa generasi muda, serta masyarakat pada umumnya.
Kontribusi teknologi elektrifikasi dengan pendekatan multi-pathway sesuai kebutuhan konsumen yang beragam dan strategi manajemen UIO yang ada, sangat berperan penting dalam mereduksi emisi untuk mencapai net zero emission.
Sebelum menawarkan mobil listrik lainnya, dan memproduksinya di dalam negeri, Toyota Indonesia mendirikan fasilitas pembelajaran mobil rendah emisi, yaitu xEV Center di Karawang.
Tujuannya untuk memberikan edukasi, dan informasi terkait kendaraan listrik, termasuk memberikan kesempatan masyarakat menggunakan mobil listrik.