100KPJ

Indonesia Akan Menjadi Pemasok Baterai Kendaraan Listrik di Asia

Share :

100kpj – Kendaraan listrik yang dipasarkan oleh sejumlah produsen di Indonesia sebagian besar masih impor. Tercatat untuk mobil listrik hanya dua merek yang diproduksi lokal, yaitu Hyundai Ioniq 5, dan Wuling Air ev.

Namun kandungan lokal dari kedua mobil listrik tersebut masih cukup minim, tidak heran jika harga jualnya belum bisa dibilang terjangku untuk semua orang. Terlebih Hyundai Ioniq 5 yang dijual Rp700-800 jutaan.

Sedangkan Wuling Air ev dengan bentuknya yang kompak, dilego Rp238 juta sampai Rp295 juta on the road Jakarta. Padahal di China, sebagai negara asal merek tersebut produk sejenis harganya hanya Rp100 jutaan.

Mengingat komponen buatan dalam negeri yang digunakan belum masuk pada bagian inti, misalnya baterai, dan dinamo. Diketahui kedua part tersebut jantung utama dari kendaraan listrik, namun belum tersedia di RI.

Padahal jika salah satu dari komponen itu sudah dibuat lokal, besar kemungkinan harga kendaraan listrik di Indonesia akan lebih terjangkau. Oleh sebab itu, sejumlah perusahaan patungan akan memproduksi baterai

Termasuk BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang meliputi Industri Pertambangan Mining Indonesia (MIND ID), seperti PT Antam, PT Bukit Asam, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, dan PT Timah.

Mereka berkomitmen akan mendukung ekosistem energi baru terbarukan, dengan menjadi pembuat baterai untuk kendaraan listrik. Seperti yang disampaikan Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan.

“Kita mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor, dan emisi karbon, serta subsidi dari bahan bakar,” ujar Danny dikutip dari Viva.co.id, Rabu 21 September 2022.

Menurutnya, perusahaan baterai Indonesia yang dibentuk bersama Antam demi mengembangkan bisnis di Indonesia. Akan menjadi salah satu pilar penting untuk mempercepat implementasi kendaraan listrik berbasis baterai.

Bahan baku untuk komponen EV baterai saat ini, seperti graphite, lithium hydroxide, cobalt sulphate, dan mangan sulphate, masih didominasi dari luar negeri. 

Lebih lanjut Danny meminat kepada pemerintah agar memastikan pasokan bahan baku nikel sebagai salah satu bahan baku pembuatan EV baterai, di mana sebanyak 80 persennya disediakan oleh Antam. 

Pada 2035 kebutuhan baterai EV dunia diprediksi mencapai 5.300 giga watt hour (gWh), dan mobil lebih mendominasi. Di Indonesia pada tahun tersebut permintaan baterai EV 59 gWh dari sektor transportasi masih paling banyak.

“Dengan kondisi ini, IBC (Indonesia Baterry Company) ditargetkan bisa menjadi market leader di Asia Tenggara sebagai penyedia baterai EV (Electric Vehicle),” tuturnya. 

Sebagai informasi, untuk mempercepat realisasi produksi baterai di dalam negeri maka terbentuk konsorsium dengan LG Energy Solution (LGES) serta Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd. (CBL).

Share :
Berita Terkait